Senin, 15 Agustus 2011

Cintaku Tertinggal di Pantai Mamere


Semilir angin disore hari menerpa rambutku, deburan ombak menghantam bebatuan. Disini, ditempat ini, segala beban dan kegalauan hati sejenak terlupakan. Suasana pantai disore hari membuat ketenangan hati. Pantai Mamere, menjadi pilihan untuk menghabiskan liburan semester kali ini. Selain keindahan alamnya yang menjadi alasanku berlibur di pantai ini, disinilah tempat nenekku tinggal. Pantai ini mempunyai daya tarik tersendiri, terletak di balik perbukitan. tak banyak wisatawan yang tau akan pantai Mamere ini. Karena letak pantainya yang terpencil dan sulitnya medan untuk mencapai pantai ini. Kebanyakan yang berkunjung ke pantai ini hanyalah penduduk sekitar kampung nelayan.
Sudah hampir satu minggu aku berada di kampung nelayan ini, dan setiap sore ku habiskan waktuku di pantai Mamere hingga malam tiba. Sore ini, seperti biasanya ku berjalan disepanjang pantai membiarkan kakiku tersapu ombak yang seakan-akan menyapa kehadiranku disini. Hingga ku sampai pada bebatuan tempat ku duduk bersandar menyaksikan terbenamnya sang surya. Ku duduk termenung dengan pandangan yang tak tau kemana tujuannya. Kali ini sebuah suara mengejutkanku,
“indah sekali y pantai ini.”
Ku liat sebentar asal suara itu, seorang cowok yang dengan tiba-tiba berada disampingku. Aku tak mengenalnya, dan tak ada niatan tuk lebih mengenalnya lagi. Tak ada respon dariku atas kata-katanya, aku terus memandang ke laut lepas tanpa mempedulikannya.
“uda beberapa hari ini aku selalu liat kamu berdiam diri di sini setiap sore, dan aku juga melihat ada sesuatu yang membebani pikiranmu” ucap cowok itu lagi
“gak usah sok tau” ujarku penuh emosi sambil beranjak dari tempatku dan berniat pergi dari tempat itu, karena aku tak mau ada seseorang dalam kesendirianku ini. Apalagi sosok orang asing yang tiba-tiba nimbrung dalam kehidupanku.
“mau kemana?” cegah cowok itu sambil menahan tanganku
Aku kaget, sontak ku lepaskan tanganku dari pegangannya dan menghardiknya “ada urusan apa aku menjawab pertanyaanmu ini? Aku gak kenal kamu”
“oke, kenalin aku”
“stop! Aku gak nyuruh kamu ngenalin diri” potongku sambil berlalu meninggalkannya sendiri.
Kesal, jelas itu yang kurasa saat ini. Karena perkataannya tadi membuat aku terus berpikir, apa sebenarnya yang aku pikirkan selama ini? Apa yang aku rasakan selama ini?. sampai-sampai ada seseorang yang tau adanya beban dalam hidupku.
***
Keesokan harinya aku berjalan disepanjang pantai seperti biasanya, kali ini langkahku terhenti ketika melihat sosok kemaren. Entah apa yang ada dipikiranku saat ini, aku terus saja memandang sosok yang sedang bermain sepak bola dengan teman-temannya itu. Terlihat kebahagiaan di wajah mereka, senyum merekah di bibir mereka, canda tawa dalam sebuah permainan.  Aku bisa merasakan kegembiraan itu ketika bersama teman-teman, ya temen adalah bahagiaku. Tanpa mereka aku tak bisa sekuat sekarang ini. dan Tanpa aku sadari air mataku jatuh, tiba-tiba cowok itu berjalan mendekat ke arahku. Dengan cepat aku menghapus air mataku dan berjalan menghindarinya.
“hey tunggu” teriaknya padaku sambil berlari mengejarku.
Aku tak mempedulikan teriakan itu, aku terus berjalan cepat menjauhinya. Tapi dia berhasil mengejarku dan berjalan disampingku.
“aku hanya ingin mengenalmu” kata cowok itu dengan senyum dibibirnya
Jalanku terhenti, aku duduk diatas pasir dan menatap lautan yang terlihat tak berujung itu.
Tiba-tiba dia ulurkan tangannya padaku “aku deni” ujarnya sambil tersenyum.
Dan aku hanya membalas perkenalan itu dengan senyum kecut dibibirku dan dengan berat hati ku sambut uluran tangan itu.
“terus?” Tanya deni padaku
“apa?” Tanyaku balik pada dia
 “nama kamu siapa nona cantik?” tanyanya kembali
“owh, aku tia” jawabku singkat. dan ketika ku menoleh padanya tanpa sengaja tatapan kita bertemu, seketika itu juga dadaku terasa sesak, ada perasaan lain yang mencoba memasuki hatiku. Entah apa yang aku rasakan ini. Dan aku langsung memalingkan wajahku menatap laut kembali.
Malam ini aku tak bisa tidur, bukan karena semua masalah-masalah yang telah lama kupendam sendiri. Tapi Aku merasa ada yang aneh dengan perkenalanku dengan deni tadi, jantungku berdetak kencang saat melihat senyumnya. Ada sebuah ketenangan dan kenyamanan saat deni disampingku. Rasa apa ini? Perasaan bagaimana ini? Aku tak mengerti. Perasaan ini tak pernah aku rasakan sebelumnya, bahkan saat bersama evan kekasihku. Entah apa yang membuat aku tertarik padanya dan ingin lebih mengenalnya lagi.
“titit titit” ponselku berbunyi, sebuah sms ku terima dari evan. Malas rasanya jika harus membuka sms itu, tak ada rasa untuk membacanya. Kenapa harus dia yang sms? Tiap kali ku terima pesan dari dia rasanya aku ingin marah-marah gak jelas. Akhirnya dengan terpaksa ku baca juga pesannya, sebuah tulisan muncul di layar ponselku “sayang, aku kangen” rasanya ingin sekali memakinya karena tulisan itu, tapi aku tak kuasa melakukannya, tak ada salah yang dilakukannya yang dapat membuatku marah padanya. Aku bingung dengan perasaanku, terlalu jenuh ku dengan semua ini, tapi tak ada yang mau mengerti. Bahkan evan, tak mau tau tentang apa yang aku rasakan selama ini, dia hanya tau kalo aku miliknya.
***
Dua minggu sejak perkenalanku dengan deni sore itu, setiap sore aku tak lagi sendiri memandangi terbenamnya sang surya. aku dan deni selalu bersama menghabiskan waktu sore di pantai mamere ini hingga malam tiba. Kedekatanku dengannya membuat Aku jadi tau kalo sebenarnya deni adalah seorang aktivis kampus di salah satu universitas di kota sebelah. Tak heran jika pemikiran dia luas selama ngobrol denganku. Kedekatan kita semakin jauh, dan perasaan aneh itu masih terus bersemayam dalam hatiku. Setiap hari deni selalu bikin tawaku lepas dengan segala leluconnya. Dia sosok yang humoris, mampu membuat suasana slalu mencair, dari tutur katanya aku bisa tau kalo deni adalah sosok yang cerdas dan mempunyai jiwa pemimpin. Aku merasa tertarik dengan sosok ini, dan aku ingin mengenal dia lebih jauh lagi.
“ya’ aku boleh ngomong sesuatu gak? Tanya deni tiba-tiba saat kita sedang asyik bermain pasir di tepi pantai.
“ngomong aja den” jawabku dengan santainya dan terus menulis namaku diatas pasir.
“tapi kamu jangan marah y?. . ucapnya dengan ragu-ragu.
“ea, aku janji gak akan marah, kamu mau ngomong apa sih? Kok kayak serius banget?” tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
“mmm. .”dengan sedikit keraguan dia mencoba berkata “aku merasa ada sesuatu yang beda saat deket sama kamu, ada suatu rasa yang special terhadapmu. Dan aku merasa bahwa aku sayang sama kamu ya’. .” ujarnya sambil mencoba menatap wajahku yang tertunduk karena kata-katanya.
Aku kaget mendengar pengakuan deni, mungkin selama ini aku mengharapkan semua ini. karena jujur aku juga merasakan semua itu, tapi ketika semuanya telah terungkap dan terjadi, aku bingung. Aku bingung dengan perasaanku saat ini. apakah aku juga menyayangi deni? Atau perasaan ini hanya sebagai pelampiasan kejenuhan hubunganku dengan evan kekasihku? Aku tak mengerti, tapi jauh dilubuk hati ini berkata bahwa aku telah jatuh cinta pada sosok yang didepanku saat ini.
“ya’ aku bener-bener sayang sama kamu, aku cinta sama kamu” katanya lagi dengan memegang kedua tanganku dan menunggu kata-kata muncul dari bibirku.
Aku terdiam, aku tak tau harus berkata apa. Aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya bahwa aku juga mencintainya, dan menginginkan bersamanya. Aku sudah punya kekasih, aku tak mungkin jadi penghianat. Tapi aku juga tak ingin menghianati hatiku yang tlah jatuh hati pada deni. Aku tak tau harus berbuat apa?. Tiba-tiba air mataku terjatuh, aku tak bisa menahan tangis ini. aku hanya bisa menangis dan berlari.
“tya, ,aku akan selalu menunggu cintamu” teriaknya.
Aku tak pedulli lagi dengan teriakan itu, aku terus berlari meninggalkannya.
***
Keesokan harinya, aku harus meninggalkan kampung ini, meninggalkan pantai Mamere ini. papa mama telah menjemputku, karena sebentar lagi liburanku telah usai. Aku teringat kalo aku belum sempet pamit sama deni, aku belum sempet bilang bahwa hari ini aku akan pulang. Ingin rasanya bertemu deni sebelum ku meninggalkan tempat ini. inginku ungkapakan bahwa aku juga mencintai dia. tapi aku tak tau harus menemuinya dimana, karena selama ini kita hanya bertemu dan berpisah di pantai ini. tak ada komunikasi bentuk apapun selain pertemuan kita di pantai Mamere sore hari. dan akhirnya aku harus pulang tanpa sempet bertemu dengan deni. tapi aku berjanji pada diriku dan pantai ini, kelak aku akan kembali lagi ke pantai Mamere ini. aku akan kembali untukmu deni, aku akan menjemput cintaku yang tertinggal di Pantai Mamere ini. tunggu aku kembali. . .

By: Nhietyt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar