Jumat, 22 Juli 2011

pengakuanku

 Aku mulai resah, aku mulai gundah. .sekian lama aku memendam semua ini sendiri. .tlah kucoba mengungkapkan segala resah itu, tapi hanya menjadi sebuah hembusan angin yang berlalu bagimu. .ku diam lagi, ku berharap waktu bisa merubah semuanya, merubah rasaku menjadi seperti rasamu. .ku tunggu dan slalu ku tunggu, ,tapi waktu itu tak kunjung hadir, ,rasa itu tak kunjung tercipta. .semakin lama semakin ku tersiksa dengan keadaan ini. .ku coba kembali tuk memberanikan hati membuka semua kenyataan perasaan ini, ,sia-sia. .kau tetap mempertahankan semuanya. .kau tetep dengan keputusan itu. Kau paksakan cinta berduri itu terus ku genggam. Dan setiap kali ku paksakan keputusanku untuk kau terima, aku harus merasakan menjadi wanita jahat, yang tega membuat kamu menangis, membuat kamu terpuruk. Aku tak pernah bisa melihat orang lain sakit karena aku. hingga  aku tak bisa berbuat apa-apa. .aku tak bisa memaksakan keputusanku yang akan menghancurkan semua mimpimu. .lemahnya diriku membuat aku semakin menjadi wanita jahat. .membiarkan cintaku yang sebenarnya berlalu. .membiarkan dirimu hidup dalam kedustaan. .inginku berontak dari semua ini, inginku lepas dari jeratan ini, inginku berlari menuju cintaku yang sesungguhnya. Tapi ku bisa apa? Aku hanya wanita lemah yang tak pernah bisa melihat orang lain terluka, aku tak pernah tega melihat sekelilingku menangis. Aku harus menyimpan senyumanku jika senyuman itu membuat orang lain sakit. Dan aku harus merasakan cinta terpendam karena keadaan ini.

Sabtu, 16 Juli 2011

sebuah perjalanan


Goresan pena ini seakan tak mau berhenti mengalun, menari-nari diatas lemabaran kertas putih. Huruf demi huruf kurangkai, kata demi kata ku padukan. Terukir kalimat kalimat indah yang tercipta untukmu, begitu dasyatnya keindahan yang kau ciptakan dalam sekejap. Semangat hidupku terasa kembali, pahitnya perjalanan hidupku terhenti sejenak untuk merasakan buaian kasihmu. Belaian tanganmu menyihir hati ini, kelembutan sikapmu menambah indahnya anganku. Semakin mendekat,  semakin kau buat aku melambung. Perlahan, terasa olehku rasa yang selama ini diagung-agungkan para pujangga. Getaran-getaran dalam dada terasa bagaikan alunan melodi yang tertata indah. Seuntai senyuman tak pernah lepas dari bibir ini. Mimpi-mimpi indah tentang aku dan kamu terancang lengkap dengan sketsa di angan ini. Semakin lama kesinggahanmu dalam hidupku, rasa itu semakin bersemi. Begitu cepatnya menjalar diseluruh relung jiwa. Degupan jantung ini semakin cepat dan berirama, aliran darah seakan mengalir deras dan membara. Inikah rasa cinta itu, rasa yang selalu diagung-agungkan?.

Ketika goresan pena ini tiba-tiba terhenti, aku mulai bingung. .tarian pena ini terhenti seketika. Cerita ini tak ingin kutulis lagi, bibirku keluh,  derai air mata mulai mengalir membasahi pipi. Irama degup jantung terasa terhenti. Duri-duri mulai bermunculan dalam taman bunga yang telah bersemi indah. Sebuah perasaan lain mulai menjalar, rasa sakit yang terasa. Aku mulai bimbang, haruskah ku menghentikan cerita ini? Haruskah ku membiarkan rasa ini terkubur? haruskah ku melepaskan cinta yang belum tersatu? Haruskah ku merelakan kau pergi dengan begitu cepatnya?. “ TIDAK”. . aku takkan membiarkannya, aku harus teruskan cerita ini, pena ini tak boleh berhenti menari. Walau tangisan ini tak pernah berhenti mengiringi hidupku, walau air mata ini tak pernah kering membasahi pipi, aku akan tetap bertahan denga rasa yang telah kau ciptakan.

Kini api cemburu selalu membakar, rasa kecewa mulai kau hadirkan, sikap yang tak ingin ku dapatkan mulai datang. Kata-kata orang tentangmu mulai membisingkan telinga. Aku mulai berfikir, ini apa? Ujian atau tanda ketidaksatuan?. Apakah memang ini perjalan cinta?. Dan Aku mulai bingung lagi dengan semua ini. Dengan  hati yang terluka, aku masih mengharapkan kasihmu. Walau tarian pena ini tak seindah dulu, aku tetap akan berusaha. Walau cerita ini sudah tak seindah dulu, aku masih ingin mempertahankan rasa ini. Tapi aku gak tau, sampai kapan aku harus bertahan dalam keadaan ini? Pena ini sudah mulai bosan menggores kata-kata pahit, kertas ini sudah mulai muak dengan goresan hitam tanpa warna. Beri aku sebuah cerita lain untuk membuat semuanya bersemangat. Beri aku sedikit kasihmu. .

Jumat, 15 Juli 2011

TUHAN, DARA BENCI BUNDA..!!

Samar-samar aku mulai melihat sekelilingku, dan aku mulai melihat wajah yang selama ini aku benci. Rasanya aku muak melihat wajah itu. Ya Tuhan, sebesar apakah dosaku yang telah membenci bundaku sendiri?. Bencikah engkau pada aku yang membenci bundaku sendiri?. Selama ini rasa cintaku terhadap bunda tersirat rasa benci yang mendalam.
“dara, kamu sudah sadar nak” bisik bunda disampingku dengan penuh kelembutan mengelus rambutku.
Aku hanya bisa terdiam, dan perlahan ku mulai bisa melihat sekelilingku dengan jelas. Ruangan yang masih terasa asing bagiku, sebuah ruangan yang kecil berwarna putih dan bergorden putih. Aku tersadar bahwa Aku berada dirumah sakit. Aku mulai teringat kenapa aku berada dalam ruangan khusus ini.
**
Kejadian itu bermula ketika aku melihat bunda sepulang kerja diantar oleh lelaki lain.aku tak bisa terima semua itu.
 “aku sekarang tau, kenapa ayah pergi dari rumah, karena sebenarnya bunda selingkuh dengan laki-laki itu.” Kataku dengan nada tinggi ketika bunda baru memasuki rumah.
“dara, jaga mulutmu” bentak bunda padaku.
“emang bener kan, bunda selingkuh” kataku lagi
plaakk.. sebuah tamparan mendarat dipipiku, aku gak bisa berkata apa-apa, aku hanya memegangi pipiku yang terasa nyeri akibat tamparan bunda.
“maafkan bunda nak, kamu gak pernah tau kelakuan ayahmu diluar rumah, ayah pergi dari rumah karena dia sudah lama mempunyai istri lain”. Kata bunda dengan suara menahan tangis.
Perkataan bunda bagaikan petir yang menyambar. Rasanya begitu perih, perih itu bukan lagi dipipiku karena tamparan tadi. Tapi kali ini rasa perih itu menjalar direlung hatiku. Begitu sakitnya mendengar perkataan bunda tentang ayah. Tanpa aku sadari air mataku terjatuh dan aku langsung berlari meninggalkan bunda yang terdiam dan menangis.
Aku tak percaya semuanya jadi seperti ini, aku tak percaya jika memang itu alasan ayah meninggalkan rumah seminggu yang lalu. aku tak bisa mempercayai bunda. Karena selama ini ayahlah yang selalu aku banggakan, ayahlah yang selalu mengerti dara. Ayahlah yang selalu disamping dara saat dara kesepian. Dan selama ini bunda gak pernah sayang sama dara, slama ini bundalah yang selalu memicu sebuah pertengkaran.
Karena shock dengan kata-kata bunda, entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Tanpa berpikir panjang lagi, aku nekat meminum beberapa butir obat tidur sekaligus, hinnga akhirnya aku tak ingat apa-apa.
**
“maafkan bunda nak” ucap bunda dengan suara yang menahan tangis sambil terus mencium keningku.
Aku masih tetep terdiam, tak sedikitpun aku mempunyai niatan untuk bicara. Aku masih belum bisa mempercayai omongan bunda, aku menganggap bunda membalikan sebuah fakta agar aku bisa menerima kepergian ayah. Agar sikapku berubah baik terhadap bunda. Tapi bunda salah, aku masih tak bisa menerima bunda tanpa ayah. Hanya ayah yang aku inginkan sekarang.  
****
Sepulangnya aku dari rumah sakit, aku tak pernah mau sedikitpun bicara sama bunda. aku masih shock dengan kejadian-kejadian yang aku alami. aku selalu berharap ini semua hanyalah mimpi buruk, dan aku ingin segera tersadar dari mimpi buruk ini. tapi ini bukan mimpi, ini sebuah kenyataan yang menyakitkan.
Waktu terus berjalan, hingga satu bulan berlalu sejak kepergian ayah, bunda tak lagi bekerja di kantor. Bunda mengundurkan diri dari pekerjaanya dan memilih berwirausaha sendiri. Bunda bilang gak mau membuat aku salah paham lagi tentang dia kalo bunda masih bekerja diluar. Tapi aku tetep tak peduli dengan semua itu, yang aku mau hanya ayah kembali kerumah. Sikapku terhadap bundapun tidak berubah. aku masih selalu mendiamkan bunda saat bunda mencoba memulai sebuah obrolan. Pertanyaan-pertanyaan yang aku anggap gak penting itu gak pernah ada jawaban dari mulutku. Kalaupun harus bicara, perkataanku pasti menyakitkan bunda.
“dara, ayo makan siang dulu, kebetulan dara pulangya cepet, bunda sudah menyiapkan makanan kesukaan dara”. Panggil bunda saat aku melintas ruang makan sepulang sekolah.
“dara sudah kenyang, dara mau istirahat” jawabku sambil terus berjalan menuju kamarku.
“dara, tunggu dulu, bunda mau bicara” cegah bunda sambil menahan tanganku
“dara gak mau ngomong sama bunda” sambil berusaha melepaskan pegangan bunda dari tanganku.
“dara, sampai kapan dara bersikap seperti ini sama bunda?.” Bujuk bunda sambil mencoba menahanku lagi.
“sampai ayah kembali kerumah ini”. Jawabku penuh emosi.
Aku berlalu meninggalkan bunda di ruang makan dengan wajah menahan tangis. Tangisku tumpah saat ku berada dikamar dan merasa benar-benar sendiri. Aku ingin ayah kembali, karena aku masih yakin ini semua kesalahan bunda. Aku masih kekeh dengan keyakinanku kalau ayah gak mungkin selingkuh, dan ayah gak pernah selingkuh.
Sudah satu bulan ini aku berusaha mencari ayah, tapi pencarianku selalu berakhir dengan kekecewaan. Aku gak pernah dapat informasi apa-apa tentang keberadaan ayah. Tapi aku gak pernah menyerah, aku selalu mencari ayah sepulang sekolah hingga larut malam. Sering juga aku bolos sekolah untuk mencari ayah.
****
Pagi ini aku masih sama dengan pagi kemaren, berangkat sekolah tanpa sepatah kata yang terucap untuk bunda. Aku berjalan menyusuri trotoar menuju sekolahku yang berjarak cukup jauh dari rumah. Aku duduk di bangku kelas 1 SMA Nusabangsa, salah satu SMA swasta di kota tempat tinggalku. Biasanya aku naik bis kota menuju sekolah, tapi kali ini aku memilih jalan kaki. Karena hari ini aku tidak ada niatan untuk pergi kesekolah. Aku hanya ingin mencari ayah.
Sampai ditengah perjalanan, aku melihat sekilas sosok orang yang selama ini aku rindukan. Aku tak percaya, setelah sekian lama aku mencarinya akhirnya hari ini aku bisa bertemu dengannya.
“ayah. .” gumamku tak percaya.
Aku langsung berlari menuju tempat ayah memarkir mobilnya disebuah rumah makan yang terlihat cukup sepi pengunjung. Aku melihat ayah tidak sendirian, ayah bersama seorang perempuan yang terbilang sedikit lebih muda dari bunda, dan seorang anak kecil sedang bergelanyut manja ditangan ayah. Aku bingung, siapa mereka yang bersama ayah?. Mereka terlihat seperti sebuah keluarga. Tapi aku tak peduli dengan semua itu, Tanpa berpikir lagi aku terus berlari menuju tempat itu.
“ayah, ,”panggilku ngos ngosan, dan langsung memeluk ayah.
“dara, ngapain kamu disini”? Tanya ayah yang masih kaget sambil melepaskan pelukannya dariku dan menarikku menjauh dari wanita dan anak kecil itu.
“dara mencari ayah, dara kangen sama ayah, kenapa ayah gak pernah pulang kerumah?.
“ayah tidak akan pulang kerumah lagi nak” jawab ayah
“kenpa yah? Ayah gak sayang lagi sama dara? Dara ingin sama ayah”
“Maafin ayah, tapi dara gak bisa ikut ayah.”
“kenapa yah,? Trus siapa wanita dan anak kecil itu, yah?” tanyaku dengan air mata trus mengalir dipipiku
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut ayah, sampai akhirnya aku mendengar teriakan anak kecil itu pada ayah.
“papa, ayo makan, bunga sudah lapar”. .
Aku kaget saat dia memanggil ayah dengan sebutan papa, aku tidak bisa percaya dengan semua ini, rasanya aku tak punya kekuatan untuk beranjak dari tempat itu, aku masih terpaku.
“ayah jahat, .” teriakku sambil berlari meninggalkan ayah, meninggalkan tempat itu, aku tidak lagi menghiraukan suara ayah yang memanggil manggil namaku. Aku terus berlari dan berlari.
Aku tak pernah menyangka ternyata selama ini aku salah selalu membela ayah. aku selalu menganggapnya bijaksana, panutan hidupku, ternyata aku salah telah membanggakanya. Dan kesalahanku yang tak pernah aku maafin adalah kesalahanku yang selama ini telah membenci bunda. Selama ini aku selalu membuat bunda menangis, membuat bunda terluka karena sikapku. Bunda, maafkan dara yang selama ini tlah membenci bunda. Tuhan, maafkan kesalahan dara yang membenci bunda.
Aku terus berlari menuju rumah dengan penuh penyesalan dan kekecewaan. Air mataku tak henti-hentinya mengalir. Hingga aku sampai didepan rumah, aku langsung berlari menuju bunda dan memeluk bunda erat-erat.
“bunda, maafkan dara”. .

Sumpah aku cemburu. .sumpah aku sakit hati. .!!


Sumpah aku cemburu. .sumpah aku sakit hati. .!!Ketika cintaku tambah besar kepadamu. .ketika sayangku semakin dalam kepadamu. .ketika hati ini tlah terisi olehmu. .ketika aku sudah tidak lagi menghiraukan keadaanku. .Ketika aku sudah terbiasa dengan sebuah perdebatan. .ketika aku sudah tak peduli dengan cacian mereka. .dan ketika semuanya sudah semakin jauh dan tak terarah. .kala itu aku merasakan sebuah rasa yang menyakitkan. .rasa yang  mereka bilang tanda cinta. .rasa itu sungguh menyiksaku. .rasa itu membuat aku tak tenang. .”sumpah, ,aku cemburu”. .aku cemburu ketika ada orang lain dalam hidupmu. .aku cemburu ketika kau lebih respect terhadapnya dari pada terhadapku. .aku cemburu ketika dia lebih kau sambut, ,sedangkan aku kau acuhkan. .aku cemburu dengan kedekatanmu sama dia. .dan “sumpah, ,aku sakit hati”. .aku sakit hati ketika kau beri aku sebuah harapan dan kala itu juga harapan itu musnah. .aku sakit hati dengan kata kata manismu yang lambat laun menjadi sebuah duri dalam hatiku. .aku sakit hati dengan janji janji kosongmu. .aku sakit hati saat kau buat aku tertawa, ,karena tawa itu sekarang menjadi tangis. .
Sungguh tak sewajarnya aku merasakan ini karenamu. .tak selayaknya aku cemburu terhadapmu. .kamu tak mungkin tau rasa ini karenamu. .kamu tak mungkin mengerti perasaan ini untukmu. .karena aku dan kamu tidak satu. .tetapi ketidak satuan itulah yang membuat aku semakin cemburu dan sakit hati. .